Hati yang tersentuh dan terkesan dengan ayat-ayat Allah.
Sebagaimana Allah gambarkan tentang hati orang-orang yang beriman ketika
mendengar ayat-ayat Allah:
{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ
الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ
آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ}[الأنفال/2]
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allahgemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”
Hal ini terbukti dalam kehidupan para sahabat ketika mendengarkan nasehat dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang diceritakan
oleh ‘Irbadh bin Sariyah radhiallahu ‘anhu:
((صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ -r- ذَاتَ يَوْمٍ ثُمَّ أَقْبَلَ
عَلَيْنَا فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ
وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ)) رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه.
“Pada suatu Rasulullah shalat mengimami kami, setelah itu beliau
menghadap kearah kami, lalu beliau menyampaikan nasehat yang sangat dalam.
membuat air mata menetes dan membuat hati bergetar (tersentuh).”
Hadits ini menunjukkan tentang betapa baiknya hati para sahabat, sehingga
amat mudah terkesan dengan nasehat yang mereka dengar.
1. Hati yang lembut, santun dan penuh kasih.
Sebagaimana Allah gambarkan tentang kelembutan hati Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam terhadap umatnya:
{لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ
مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ
بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ} [التوبة/128]
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
2. Hati yang
sabar.
Sabar terbagi kepada tiga macam:
Pertama: sabar dalam menjalankan perintah-perintah dalam agama. Sebagaimana
Allah sebutkan dalam firman-Nya:
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا
وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ [الأنفال/46]
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu
dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Dalam ayat yang mulia ini Allah memerintahkan untuk bersabar setelah
perintah untuk berbuat taat kepada-Nya dan kepada rasul-Nya. Ini menunjukkan
bahwa dalam melakukan ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya amat butuh pada
kesabaran.
Kedua: sabar dalam mengendalikan diri dari hal-hal yang diharamkan dalam
agama. Untuk hal ini Allah sebutkan dalam firman-Nya:
Ketiga: sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian (musibah) dari Allah.
Seperti Allah sebutkan dalam firman-Nya:
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ
مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ
عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
[البقرة/155-157]
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa
innaa ilaihi raaji’uun.” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
3. Hati yang
teguh dan kokoh dalam memegang kebenaran.
Sebagaimana Allah gambarkan kepada kita tentang kisah pemuda ashabul kafi
bahwa mereka pemuda-pemuda yang teguh pendiriannya dalam memegang kebenaran.
إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آَمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى (13)
وَرَبَطْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُونِهِ إِلَهًا لَقَدْ قُلْنَا
إِذًا شَطَطًا [الكهف/13، 14]
“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan
mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami meneguhkan hati
mereka diwaktu mereka berdiri.”
Demikian pula firman Allah:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ [الحجرات/15]
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu
dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.
Mereka itulah orang-orang yang benar.”
Di zaman kita ini betapa banyaknya orang yang ragu-ragu dan plin-plan serta
bimbang dalam meyakini dan memperjuangkan kebenaran. Hal itu disebabkan tidak
adanya kemantapan hati dalam meykini sebuah kebenaran.
4. Hati yang pemaaf.
Banyak sekali ayat-ayat maupun hadits-hadits yang menjelaskan keutamaan
sifat pemaaf dan mencela sifat balas dendam.
Sebagaimana Allah menggambarkarkan tentang sifat orang-orang yang bertaqwa
dalam firman-Nya:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ
فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ
النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ [آل عمران/133، 134]
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Dan juga firman Allah:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
[الأعراف/199]
“Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf,
serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”
Dalam kenyataan hidup kita sehari-hari pada saat ini amat jarang kita
temukan orang suka pemaaf terhadap sesama.
Bentuk Dan Jenis Penyakit Hati
Bentuk penyakit hati secara umum ada dua macam:
Pertama: Asy Syubuhaat (berhubungan dengan keyakinan) yaitu
menyenagi segala bentuk keyakinan yang kufur dan sesat, seperti syirik, nifaq
dan bid’ah dan seterusnya.
Kedua: Asy Syahawaat (berhubungan dengan akhlak) yaitu menyenangi
berbagai macam bentuk maksiat. Diantaranya ada yang berhubungan dengan kepuasan
sex, seperti zina, onani, lesbian, homosex dan sterusnya. Dan diantaranya ada
pula yang behubungan tingkah laku, seperti sombong, hasad, dengki, congkak dan
seterusnya.
Berbagai jenis penyakit hati lahir dari dua bentuk penyakit diatas,
diantaranya:
1. Al Gahflu (Lalai).
Allah mencela hati yang lalai dari merenungkan, memikirkan dan memahami
ayat-ayat Allah, sebagaimana Allah berfirman dalam Al Qur’an:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ
لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا
وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ
أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ [الأعراف/179]
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Dan firman Allah:
مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ إِلَّا
اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ (2) لَاهِيَةً قُلُوبُهُمْ [الأنبياء/2، 3]
“Tidaklah datang kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru
(di-turunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka
bermain-main, (lagi) hati mereka dalam keadaan lalai.”
2. Keluh kesah,
gundah dan perasaan cemas yang berlebihan.
Kondisi ini timbul pada saat seseorang takut atas kehilangan sesuatu yang
telah diperolehnya, atau takut tidak memperoleh apa yang diharapkannya.
Oleh sebab itu Allah melarang rasul-Nya untuk tidak bersedih dan terhadap
tipu daya orang-orang kafir kuraisy.
Sebagaimana Allah berfirman:
وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ
وَلَا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ (127) إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ
اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ [النحل/127، 128]
“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan
dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran)
mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang
berbuat kebaikan.”
Demikian pula perkataan para malaikat kepada nabi Luth, tatkala kaumnya akan
dihacurkan Allah. Sebagaimana firman Allah:
وَلَمَّا أَنْ جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ
ذَرْعًا وَقَالُوا لَا تَخَفْ وَلَا تَحْزَنْ إِنَّا مُنَجُّوكَ وَأَهْلَكَ إِلَّا
امْرَأَتَكَ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ [العنكبوت/33]
“Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth,
dia merasa susah karena (kedatangan) mereka, dan (merasa) tidak punya kekuatan
untuk melindungi mereka dan mereka berkata: “Janganlah kamu takut dan jangan
(pula) susah. Sesungguhnya kami akan menyelamatkan kamu dan
pengikut-pengikutmu. kecuali isterimu, dia adalah termasuk orang-orang yang
tertinggal (dibinasakan).”
3. Putus asa dan
kekecewaan yang berlebihan.
Kondisi ini timbul ketika seseorang ditimpa musibah seperti kehilangan
sesuatu yang amat dicintainya, atau gagal memperolehnya, bisa berupa
harta ataupun jiwa. Banyak kita sakaikan dalam kehidupan kita sehari-hari orang
yang mengambil jalan pintas dengan cara bunuh diri atas kesusahan dan kesulitan
yang menimpanya.
Pada hal Allah mengharamkan untuk berputus asa dari rahmat-Nya, sebagaimana
firman Allah:
لَا يَسْأَمُ الْإِنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِنْ مَسَّهُ
الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ [فصلت/49]
“Tidak pantas Manusia itu jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa
malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.”
Dan firman Allah:
وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ
رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ [يوسف/87]
“Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada yang
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”
4. Buta terhadap kebenaran.
Allah mencela orang yang buta hatinya dari melihat bukti-bukti kebenaran dan
tanda-tanda kebesaran Allah, sebagaimana firman Allah:
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ
يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آَذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى
الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ [الحج/46]
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai
hati yang dapat memaham (kebenaran)i, atau mempunyai telinga yang dapat
mendengar (kebenaran)? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi
yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”
5. Keras membatu
tidak mampu ditembus oleh nasehat-nasehat agama.
Hati yang secara fisik terlihat lentur dan lunak namun pada hakikatnya bisa
lebih keras dari batu saat diberi nasehat. Bahkan batu bisa lebih lunak dari
sebagian hati manusia. Sebagaimana Allah ceritakan tentang hati orang-orang
Bani Israil dalam surat Al baqarah:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ
أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ
الْأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ
وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ
عَمَّا تَعْمَلُون [البقرة/74]
“Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan
lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir
sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu
keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur
jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa
yang kamu kerjakan.”
6. Penyakit Nifak
(kemunafikkan).
Kemunafikkan adalah memperlihatkan iman secara lahir dan menyembunyikan
kekufuran secara batin. Kemunafikkan adalah salah bentuk kekufuran dan ia
adalah penyakit hati yang sangat berbahaya dan sangat keji oleh sebab itu
pelakunya lebih berat mendapatkan zab dari orang kafir yang terang-terangan.
Sebagaimana Allah gambarkan tentang hati orang-orang munafiq dalam ayat
berikut ini:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آَمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ
الْآَخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ (8) يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ
آَمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (9) فِي
قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا
كَانُوا يَكْذِبُونَ [البقرة/8-10]
“Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan
Hari kemudian,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal
mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati
mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa
yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”
7. Ar Ru’bu
(Cemas dan takut).
Penyakit ini Allah masukkan ke dalam hati orang-orang kafir dan
musyrik.
Sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Naya:
سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا
بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ
مَثْوَى الظَّالِمِينَ [آل عمران/151]
“Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut,
disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak
menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan
itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim.”
8. Terkunci dari
menerima kebenaran.
Ini adalah sifat hati orang kafir yang sudah tidak mau menerima peringatan
dan seruan untuk beriman kepada Allah dan hari akhir.
Sebagaimana Allah sebutkan pada awal surat Al Baqarah:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ
لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (6) خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى
سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ [البقرة/6،
7]
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri
peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka
ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.”
9. Suka mengikuti
sesuatu yang samar-samar.
Sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya:
فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا
تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ
تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آَمَنَّا
بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا [آل عمران/7]
“Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka
mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang samar-samar, untuk menimbulkan
fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya.”
Demikian pula disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam sabdanya:
« إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ
وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ
كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ
وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ كَالرَّاعِى
يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ
مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللَّهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِى
الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ
فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ .” رواه البخاري ومسلم.
“Sesungguhnya yang halal itu sudah jelas dan yang harampun sudah jelas.
Dan diantar keduanya ada perkara yang sama-samar, kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya. Barangsiapa yang menjauhi sesuatu yang samar-samar berarti ia
telah menjaga agama dan kehormatannya. Barangsipa yang melakukan sesuatu yang
sama-samar maka ia telah jatuh kepada yang haram. Bagaikan sipenggembala yang mengegembala
di batas pagar, boleh jadi ia akan masuk kedalamnya. Sesungguhnya setiap raja
memiliki batas, sesungguhnya batasan Allah adalah perkara-perkara yang haram.
Ketahuilah sesungguhnya dalam jiwa seseorang terdapat segumpal daging. Apabila
ia baik maka baiklah seluruh jasdnya. Dan apabila rusak maka rusaklah seluruh
jasadnya. Ketahuilah! Ia adalah hati.”
10. Beroyalitas
kepada orang kafir.
Salah satu jenis penyakit hati yang sangat dicela dan berbahaya adalah
beroyalitas kepeada orang kafir. Seperti membela keyakinan mereka dengan alasan
torelasi dan menyalahkan orang yang menentang keyakinan mereka. Penyakit ini
mulai terjangkit dengannya sebagian intelektual zaman ini. Hal ini sangat
diharamkan atas seorang muslim sebagaimana terdapat dalam firman Allah berikut
ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ
وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ
مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
(51) فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ
نَخْشَى أَنْ تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ [المائدة/51، 52]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
Yahudi dan Nasrani menjadi penolong-penolong(mu); sebahagian mereka adalah
penolong ahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu yang mengambil mereka
menjadi penolong, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Maka
kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang
munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami
takut akan mendapat bencana.”
11. Ragu dan
bimbang terhadap kebenaran.
Diera kemajuan informasi ini banyak sekali hal-hal yang dapat meragukan dan
membibangkan seseorang terhadap kebenaran. Bahkan tidak bisa membedakan antara
yang baik dengan yang buruk, antara yang batil denga yang hak, antar kafir dan
iman, antara tauhid dan syirik, anatar sunnah dan bid’ah. Seperti keraguan
tentang kekalan kehidupan akhirat dan kejadian hari kiamat. Kebimbangan
terhadap kebenaran adalah salah satu penyakit hati yang di sebutkan Allah dalam
firman-Nya berikut.
إِنَّمَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ
يَتَرَدَّدُونَ [التوبة/45]
“Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang
tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena
itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya.”
Dan firman Allah:
أَفِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَمِ ارْتَابُوا أَمْ يَخَافُونَ أَنْ
يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَرَسُولُهُ بَلْ أُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (50)
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ
لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ [النور/50-51]
“Apakah dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu
ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada
mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim. Sesungguhnya jawaban
oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nyauntuk
memberi keputusan di antara mereka,ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami
patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
12. Mudah
terfitnah oleh rayuan setan.
Hati yang sakit dan tidak diimunisasi dengan ilmu dan amal sholeh akan
sangat mudah terpengaruh oleh rayuan setan. Sebagaiamana terdapat dalam firman
Allah berikut ini:
لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي
قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ [الحج/53]
“Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu sebagai ujian
bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya.”
Demikian pula dijelaskan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
« تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى
الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا فَأَىُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا نُكِتَ فِيهِ
نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ وَأَىُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ
حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلاَ تَضُرُّهُ
فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ وَالآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا
كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لاَ يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلاَ يُنْكِرُ مُنْكَرًا إِلاَّ
مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ .” رواه مسلم.
“Fitnah-fitnah akan merajut hati seperti rajutan tikar, sedikit demi
sedikit. Setiap hati yang terpengaruh dengannya akan terdapat dalamnya bintik
hitam. Dan setiap hati yang menolaknya akan terdapat dalamnya bintik putih.
Sehingga dari kedua hati tersebut salah satu dari keduanya menjadi putih
bagaikan batu putih jernih. Maka fitnah tidak mampu mempengaruhinya selama
berdirinya langit dan bumi. Dan hati yang lain menjadi hitam lebam. Bagai
mangkok yang terlungkup, tidak kenal yang ma’ruf dan tidak pula yang mungkar, kecuali
yang sesuai dengan hawa nafsunya.”